Kalau aku punya pacar, tingginya pasti
lebih dariku sehingga aku akan menengadahkan kepalaku untuk
memandangnya. Atau hampir setinggi aku, tak apa, yang penting aku tahu
ia menyukaiku sebesar aku menyukainya.
Kalau aku punya pacar, ia akan tertawa di bahuku dan aku akan menenangkannya dengan mengelus rambutnya yang halus.
Kalau
aku punya pacar, ia adalah orang yang senang tertawa, menyukai humor
dan selalu menertawai diriku. Ia pikir akulah yang selalu membuat
dirinya tertawa. Ia akan menepuk kursi di sebelahnya, menyuruhku untuk
duduk di sampingnya, dan menawarkan kue kismis. Dan aku akan berkata
bahwa aku tidak suka kismis.
Kalau aku punya pacar, ia akan
bertanya dengan lantang dan polos apa benar aku sudah berumur tujuh
belas tahun. Dan aku akan menjawabnya dengan tak kalah sewot bahwa aku
sudah berumur tujuh belas. Lalu kami akan tertawa bersama.
Kalau
aku punya pacar, ia bukan seorang yang porno. Ia menghormatiku sebagai
perempuan, ia akan berlaku sebagaimana seorang gentleman memperlakukan
wanita.
Kalau aku punya pacar, aku akan memeluknya ketika aku duduk di belakang punggungnya di atas motor.
Kalau
aku punya pacar, ia akan mengetahui segala tentangku padahal sepertinya
ia tidak pernah terlihat mencari tahu sesuatu. Ia akan mengetahui nomor
sepatuku, ukuran bajuku, kebiasaan-kebiasaanku, bahkan makanan kesukaan
ibuku.
Kalau aku punya pacar, ia akan senang begitu aku
menyelesaikan sebuah cerita pendek, cerita panjang atau novel. Ia tidak
berlebihan, ia akan memuji dan memberi masukan dengan kata-kata yang
lembut.
Kalau aku punya pacar, mungkin kami akan bertengkar
sebentar. Tapi kami berusaha untuk cepat-cepat mendiskusikannya,
membuatnya lebih baik, dan saling memaafkan. Karena kami tahu kami tak
mau kehilangan satu sama lain.
Kalau aku punya pacar, kami akan saling merindukan.
Kalau aku
punya pacar, ia adalah seorang yang romantis, sebagaimana diriku. Ia
mungkin akan memberiku bunga dan coklat. Tapi ia pun suka menyelipkan
sesuatu ke dalam barang-barangku. Entah itu kalung yang selama ini
kuinginkan atau hanya sebuah pajangan kecil dengan tulisannya yang
berbunyi ‘let me be your blanket when your heart is cold’.
Kalau
aku punya pacar, ia adalah seseorang yang suka memberi kejutan. Tapi
bukan kejutan yang mengerikan, karena ia tahu aku benci dengan hal-hal
yang berbau horor. Ia tidak suka melihatku menangis. Ia akan memelukku,
membiarkanku tenang, lalu mengajakku jalan-jalan ketika aku bersedih.
Sebaliknya, ia akan ikut tertawa jika aku tertawa.
Kalau aku punya pacar, tangannya tidak akan memiliki otot-otot besar seperti binaragawan. Tubuhnya sedang, sebagaimana diriku.
Kalau
aku punya pacar, keluarganya akan menerimaku dengan hangat. Seluruh
anggota keluarganya akan mengenalku dan mengajakku makan malam bersama
setelah berbuka puasa.
Kalau aku punya pacar, aku akan senang
sekali menunggunya ketika ia sholat Jumat. Dan aku akan senang
melihatnya memakai baju koko, atau tidak pakai juga tidak apa-apa. Tapi
di tangannya ada sebuah sajadah yang dibawanya.
Kalau aku punya pacar, ia akan terlihat sangat tampan ketika memakai jas.
Kalau
aku punya pacar, aku akan membuat diriku lebih dewasa dalam berpikir.
Aku akan belajar bagaimana menghargai orang lain, mencoba mengurangi
sifat egoisku dan memahami perasaan orang lain.
Aku akan
menunggunya, ia yang disiapkan oleh Tuhan. Ia yang mempunya separuh
hatiku, ia yang terbaik dari semua laki-laki yang pernah kutemui. Ia ada
di suatu tempat, entah itu ribuan kilo jauhnya dari sini, atau mungkin
hanya beberapa langkah dan tepat di mataku. Ia di sana untuk
kutemukan... belahan jiwaku.